JAKARTA – Masyarakat mengenal Jababeka sebagai kawasan industri sehingga sangat wajar bila PT Jababeka Tbk dipersepsikan sebagai pengembang kawasan industri. Lebih dari itu, Jababeka memiliki mimpi yang lebih tinggi, yaitu menjadi menjadi kawasan industri yang terpadu.......
Sempat limbung terkena krisis ekonomi, namun tahun 2002 kembali menggeliat dengan selesainya restrukturisasi utang, termasuk juga restrukturisasi organisasi yang sukses dilakukan oleh Setyono Djuandi Darmono, Presiden Direktur PT Jababeka Tbk.
Konsep awal Jababeka memang mengembangkan kawasan industri, tetapi kawasan industri memerlukan perumahan untuk karyawan, pusat belanja, dan pusat-pusat hiburan bagi para eksekutif. Akhirnya, Jababeka dikembangkan menjadi sebuah kota baru dengan multiplier effect.
Darmono memiliki visi Jababeka harus dipersiapkan untuk jangka waktu 100 tahun ke depan. Kalau tidak dipersiapkan akhirnya nanti menjadi daerah yang kumuh. Maka dipersiapkanlah satu kota baru lengkap dengan estate management dan semua infrastruktur kota yang modern.
“Tahun 1999, kita mencanangkan kembali slogan kita, yaitu sebagai pengembang kota terbaik yang ramah lingkungan dan tepercaya. Itulah visi kita. Misinya adalah selalu berusaha untuk melampaui harapan pelanggan sehingga timbullah semangat dari karyawan dan stakeholder pun mengetahui,“ ujarnya kepada SH di kantornya di Menara Batavia, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Jababeka diketahui mengantongi izin mengembangkan area seluas 3.000 hektare. Sebagian dari lahan tersebut telah dikembangkan menjadi sejumlah proyek perumahan dan kawasan industri di antaranya Kawasan Industri Jababeka seluas 1.580 hektare, Kawasan Industri Cilegon (800 hektare), Tanjung Lesung Resort (1.500 hektare).
Namun masih banyak lahan yang belum dikembangkan, krisis ekonomi keburu datang. Perusahaan sempat diimpit utang senilai US$ 300 juta. Investor asing tidak mau datang ke Indonesia, penjualan pun anjlok.
Beruntung, restrukturisasi hutang berhasil dilakukan di tahun 2002 sehingga kini keuangan perusahaan kembali sehat. Aset-aset Jababeka yang seluruhnya diperkirakan bernilai lebih dari Rp 2 triliun itu untungnya pula tidak berpindah tangan, dilego, atau dibarter menjadi kepemilikan saham sehingga masih di tangan manajemen PT Jababeka Tbk.
Bedah Buku
Tidak hanya sekadar melakukan restrukturisasi utang, Darmono juga melakukan restrukturisasi organisasi, yaitu mengubah paradigma atau mind set dari karyawan di Jababeka. Intinya mengupayakan agar karyawan jangan lagi bersikap menunggu komando, tetapi mengubah cara kerja mereka.
Untuk itu, mulai tahun 1999, ia mewajibkan pelatihan ulang karyawan untuk berpikir berbeda. Langkah yang ia lakukan terbilang unik, yaitu mewajibkan melakukan bedah buku yang ditulis miliuner asal AS, Donald Trump, berjudul The Art of Coming Back. Buku tersebut berkisah tentang upaya Donald Trump membalikkan keadaan dari semula merugi US$ 1 miliar dolar menjadi untung US$ 5 miliar dalam waktu 3-4 tahun.
“Di Amerika Serikat itu pernah terjadi. Jadi kita juga harus bisa. Caranya adalah dengan restrukturisasi keuangan dan berpikir positif, selalu proaktif terhadap masalah. Lalu, kita berubah cara berpikir supaya jangan seperti pegawai, tetapi seperti pengusaha,” katanya.
Untuk itu, Darmono juga meminta diadakan sayembara Acting Like an Owner. Dalam satu bulan, para karyawan diminta membentuk beberapa tim, kemudian diminta memberikan presentasi.
Upaya lainnya juga dilakukan. Kali ini karyawan diharuskan membedah buku berjudul Entrepreneurs Will Meet, Not Born, yang artinya pengusaha itu bisa dibuat, tidak lahir jadi pengusaha. Buku itu menjelaskan semua kriteria apa untuk bisa menjadi pengusaha.
“Dan ternyata untuk menjadi pengusaha itu modalnya cuma perlu berani. Yang lain bisa pinjam. Kalau kita berani dan kita punya satu mimpi, satu visi, kita jual mimpi itu kepada pemodal. Kalau tertarik dan orangnya committed, dia akan kasih modal,” paparnya.
Menurut Darmono, tidaklah sulit mengupayakan agar mimpi atau visi itu bisa terwujud. Bila tidak mempunyai nama atau kredibilitas, bisa dengan mencari orang yang sudah punya kredibilitas. Orang tersebut bisa digaji atau diajak menjadi partner.
Bila yang lainnya kurang, bisa dengan memanfaatkan konsultan. Tetapi modalnya adalah berani, mempunyai visi yang jelas, dan committed untuk menjalankan mimpinya itu. Artinya pantang menyerah. Kalau pantang menyerah, orang akan menjadi berani untuk mendukung.
“Nah inilah yang kita ajarkan kepada karyawan. Ya susah memang, apalagi setelah 15 tahun enak-enak menjadi karyawan terus disuruh berpikir menjadi pengusaha, tidak mudah. Tetapi paling tidak upaya itu bisa membangkitkan semangat dan kita tidak diam menunggu nasib tetapi menocba mencari peluang baru,” katanya menjelaskan.
Adalah sangat tidak bijaksana baginya bila Jababeka hanya bersikap menunggu pemerintahan bagus kembali dan investor kembali datang. Investor dalam negeri tetap menjadi alternatif. Selain itu, Jababeka dapat pula menjual rumah atau pendidikan, hiburan, dsb, yang pada dasarnya semuanya itu memerlukan tanah.
Bila melakukan kilas balik, kawasan Jababeka sangat berbeda dengan masa lalu. Perkembangannya sangat luar biasa. Tahun 1997 jumlah pabrik yang beroperasi di sana berjumlah 700 buah, tetapi saat ini meningkat menjadi 1.038 pabrik.
Jumlah karyawan pun melonjak hingga mencapai 150.000 orang. Kegairahan sangat terasa di wilayah ini. Mal, perumahan, rumah sakit, tempat kursus, bahkan indekost menjamur. Jalanan pun kini terasa kian macet.
Dewan Kota
Jika kini Jababeka usianya baru menginjak 15 tahun, sementara Jakarta sudah empat ratus tahun lebih, Darmono belum bisa membayangkan seperti apa jadinya kawasan Jababeka berpuluh atau ratusan tahun mendatang. Karenanya, dia mengusulkan dibentuk Dewan Kota yang cikal bakalnya adalah Lembaga Pemberdayaan dan Pengabdian Masyarakat Cikarang (LPPMC).
Intinya adalah untuk mengatasi hal atau kesenjangan sosial yang timbul karena perkembangan industri yang begitu pesat. Pemda Bekasi tidak sanggup mengatasi semua hal, maka perlu dibantu oleh lembaga seperti LPPMC. Lembaga ini perlahan-lahan mengerjakan pekerjaan sosial, menyosialisasikan ide Dewan Kota sehingga bisa diterima oleh masyakakat industri maupun lokal dan disetujui oleh Bupati dan Muspida Bekasi. Dirinya berharap Jababeka satu waktu menjadi zona khusus yang meskipun lokasinya di Bekasi, tetapi bercorak internasional dan kaya.
Menyoroti persaingan dengan kawasan industri lainnya yang ada di Jakarta dan sekitarnya, Darmono tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu. Diakuinya, persaingan tetap ada, namun posisi yang dimiliki oleh Jababeka sangatlah kuat. Hitung-hitungannya, Jababeka telah melampaui critical mass, yakni dengan jumlah pabrik yang mencapai lebih dari 1.000 buah.
Dengan demikian, apapun yang dijual oleh perusahaan di kawasan ini pastilah laku. Lebih-lebih lagi, katanya, ratusan industri berbasis UKM (usaha kecil dan menengah) banyak yang masuk, entah menjadi penyalur atau vendor bagi industri besar yang sudah lebih dulu hadir. Apa yang ada di Jababeka ini menurutnya merupakan pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Jati Diri
Semua yang dilakukan oleh manajemen, jelas Darmono, merupakan manifestasi dari kebijakan perusahaan yang ingin mereposisi Jababeka tidak lagi sebagai kawasan industri tetapi sebagai pengembangan kawasan kota. Nama kawasan industri dalam nama perusahaan yang tadinya PT Kawasan Industri Jababeka (KIJ) kemudian dihilangkan sehingga menjadi PT Jababeka Tbk.
Namun, itu sama sekali tidak membuat perusahaan melupakan jati dirinya. Darmono menegaskan bahwa pihaknya sangat menyadari kekuatan mereka adalah pada kawasan industri.
“Kekuatan kita adalah di kawasan industri, dan oleh karenanya kita tidak boleh lupa. Tetap itu yang harus dimanfaatkan, yaitu kekuatan kawasan industri,“ tegasnya. Kekuatan yang dimaksudkannya adalah kelebihan-kelebihan yang kini hadir di sana. Yang paling jelas adalah soal kebersihan di kawasan industri Jababeka.
Di Jababeka, katanya, dijamin tidak ada polusi, tidak ada asap. Di sana ada pengelolaan limbah air dan limbah padat. Cikarang sekarang ini udaranya bersih, infrastruktur modern, dan lingkungan di tata baik. Hal itu sejalan dengan visi menjadikan kawasan itu menjadi kota modern berkelas internasional (world class infrastructure).
Faktanya, hal itu sudah dilakukan. Salah satunya adalah Lapangan Golf Cikarang Golf and Country Club merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. Industri di Jababeka, klaim Darmono, adalah nomor satu di Indonesia. Paling tidak dalam jumlah industri.
“Kita perlu menciptakan nomor satu-nomor satu yang lain sehingga kota ini bisa menjadi nomor satu. Itu sesuai dengan misi kita, yakni melampaui harapan pelanggan,” ucapnya.
Menjadi yang terbaik adalah mimpi yang kini dirajut oleh manajemen PT Jababeka Tbk. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan menyediakan konsultan, para ahli nomor satu, sehingga produk dari Jababeka juga yang terbaik.
“Seperti ucapan orang, the harder you work, the luckier you are. Jadi keberuntungan tergantung usaha. Kita harus berpikir positif dan buka mata lebar-lebar,” katanya.
(SH/rudy victor sinaga)
Saturday, August 16, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
MANTAPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP INSPIRASI BUAT KARYAWANNYA.......
Post a Comment