Friday, December 19, 2008
Abit Tetap Komitmen Terhadap Pengguna
Kabar seputar berhenti beroperasinya Abit, produsen motherboard khusus penggemar overclock tidak perlu membuat pengguna khawatir. Di Indonesia, distributor akan tetap melayani pelanggan seperti biasa.
“Kabar mengenai Abit yang beredar di Internet tidak seratus persen benar,” kata Alexander Lin, Product Manager Spectrum Utama, distributor produk Abit di Indonesia ketika VIVAnews konfirmasikan kabar tersebut, Jum’at 19 Desember 2008.
Menurut Alex, masalah ini sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2006 ketika Abit diakuisisi oleh Universal Scientific Industrial. Tetapi, petinggi-petinggi Abit ketika itu memiliki itikad baik untuk mempertahankan brand Abit yang memiliki tempat khusus di segmen penggunanya.
USI, yang merupakan perusahaan besar di bidang OEM (original equipment manufacturer), produsen yang memasok komponen untuk vendor branded PC memang kesulitan untuk berkompetisi di segmen enthusiast. Akan tetapi, Abit tetap memiliki komitmen penjualan motherboard. “Kami sudah mendapatkan surat legitimasi dari manajemen Abit untuk tetap memberikan jaminan garansi bagi produk-produk Abit yang masih beredar.”
Meskipun Abit tidak memproduksi motherboard berchipset baru, tetapi mereka tetap akan berproduksi dan melakukan penjualan produknya. Motherboard berbasis chipset Intel X48, P45, P35 atau AMD 780G masih tetap tersedia seperti biasa. “Setelah Januari, kita tetap jual motherboard Abit, terutama seri mainstream. Belum ada kabar penghentian produksi,” kata Alex.
Akuisisi Abit oleh USI dan perubahan nama menjadi Universal Abit juga tidak mempengaruhi penjualan motherboard Abit di Indonesia. Menurut Alex, ini disinyalir karena dealer dan user sudah mempercayai produk Abit dan Spectrum sebagai distributor. “Kami dari distributor berani menjamin soal warranty,” kata Alex. “Minimal sampai 3 tahun ke depan, kami pastikan pengguna Abit tidak perlu khawatir. USI, induk perusahaan Abit juga ada di belakang kami memberikan dukungan.”
• VIVAnews
Wednesday, December 17, 2008
Perangkat Masa Depan Tak Perlu Baterai
Tahir Cagin, ilmuwan asal Texas A&M University dan beberapa rekan sejawatnya dari University of Houston telah mempelajari konsep piezoelectric. Hasil temuannya, seperti yang dipublikasikan di jurnal Physical Review B, jurnal terbitan American Physical Society khusus bidang zat padat dan material fisik, perangkat masa depan bisa jadi tidak memerlukan baterai.
Penemuan baru di bidang pizoelectric yang itu diharapkan dapat membuat perangkat elektronik bisa memberikan pasokan daya untuk dirinya sendiri. Dengan demikian pemasok daya eksternal seperti baterai bisa digantikan. Adapun perangkat elektronik yang bisa memanfaatkan teknologi ini misalnya adalah laptop, perangkat komunikasi bergerak, dan perangkat komputer lainnya yang digunakan oleh pengguna biasa, sampai ke aparat berwajib hingga ke tentara di medan perang.
Piezoelectric sendiri sebenarnya adalah material, seperti kristal ataupun keramik yang mampu menghasilkan sejumlah voltase ketika ada tekanan mekanik yang diberikan, misalnya sebuah dorongan atau tekanan.
Konsepnya memang bukan hal yang baru, malah sudah digunakan pada perangkat sonar ketika perang dunia pertama. Bahkan saat ini konsep piezoelectric sudah diaplikasikan pada pemantik rokok. Saat kita menekan tombol pemantik rokok, maka akan ada tekanan yang cukup untuk mempengaruhi kristal piezoelectric. Tekanan pada piezoelectric itu kemudian menghasilkan voltase yang cukup untuk membuat percikan api yang menyalakan gas.
Penemuan baru di bidang pizoelectric yang itu diharapkan dapat membuat perangkat elektronik bisa memberikan pasokan daya untuk dirinya sendiri. Dengan demikian pemasok daya eksternal seperti baterai bisa digantikan. Adapun perangkat elektronik yang bisa memanfaatkan teknologi ini misalnya adalah laptop, perangkat komunikasi bergerak, dan perangkat komputer lainnya yang digunakan oleh pengguna biasa, sampai ke aparat berwajib hingga ke tentara di medan perang.
Piezoelectric sendiri sebenarnya adalah material, seperti kristal ataupun keramik yang mampu menghasilkan sejumlah voltase ketika ada tekanan mekanik yang diberikan, misalnya sebuah dorongan atau tekanan.
Konsepnya memang bukan hal yang baru, malah sudah digunakan pada perangkat sonar ketika perang dunia pertama. Bahkan saat ini konsep piezoelectric sudah diaplikasikan pada pemantik rokok. Saat kita menekan tombol pemantik rokok, maka akan ada tekanan yang cukup untuk mempengaruhi kristal piezoelectric. Tekanan pada piezoelectric itu kemudian menghasilkan voltase yang cukup untuk membuat percikan api yang menyalakan gas.
Subscribe to:
Posts (Atom)